BERPIKIR SEDERHANA
(Fakta, Realita dan Alam Khayal)
Oleh : Uswatul Hakim
Banyak hal yang sering menjadi buah pertanyaan dari sekian banyak pernyataan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Rasa ingin tahu serta kombinasi kemampuan nalar mereduksi data sehingga muncul beberapa hasil kenyataan yang bisa dirasionalkan dan diterima menurut logika manusia. Berpikir itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang kompleks melibatkan daya aktif manusia dalm menafsirkan ransangan (sensasi, memori, persepsi, intelegensi) sehingga terjadi interaksi akan suatu keadaan melihat sebuah perlakuan yang dianalisa secara aktif melalui kemampuan akal dan rasa sehingga muncul tujuan akhir yang terarah.
Dari sekian banayak penawaran konsep dalam berfikir, baik dikaji dari ranah filsafat maupun psiklogi konsep berfikir sederhana dijadikan sebagai aksioma dalam menelaah berbagai permaslahan yang menimbulkan banyak tanya sehingga dibutuhkan daya imajinasi serta akal dan hati menelaah lebih dalam untuk mendapatkan sebuah jawaban berbeda-beda dari masing-masing individu yang berdasar kepada pengalaman empiris maupun kepuasan dari sebuah realitas akan fakta.
Equilateral Triangle Thingking Patern (ETTP) atau pola berfikir segi tiga sama sisi yanga meliputi Fakta, Realita dan Alam Khayal menjadi sebuah tawaran dari hasil rasional dan empiris dalam meramu sebuah intusi dalam beberapa keadaan maupuan pemikiran akan sebuah keadaan. Walau pada dasar katanya semua bisa diselesaikan dan dibicarakn dengan baik dengan beberpa rasa kepuasan masing-masing individu akan sebuah jawaban belum tentu terpenuhi, tapi pola ini bisa memberikan penawaran sudut pandang berbeda akan sebuah tanya.
Mari coba kita ulas secara perlahan hingga pola ini bisa diaplikasikan dengan baik walau beberapa perbedaan akan perlakuan. Penjabaran dari beberapa hal dimbil dari berbagai sudut pandang dengan mencoba merangkum sedemikian rupa hingga saling bisa memahami walau sudut pandang wajar berbeda.
“Alam Khayal“ dengan kata lainnya ;/Ekspetasi atau ;/ harapan, ;/ide ;/ pemikiran merupakan sebuah dasar bagi individu membentuk keinginannya yang pada umumnya tak berwujud seperti sebuah mimpi dalam mencapai sebuah harapan. “Fakta” merupakan segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indra manusia berupa data akan keadaan nyata yang terbukti kebenrannya. Sedangkan “Realita” adalah keadaan sebenarnya yang sudah mendapatkan perlakuan yang lebih berdasar kepada individua dan kebenran atas pengalaman spiritual akan akibat dari sebuah perlakuan yang dirasakan dan dipercayai adanya.
Pembahasan ini kemudian menimbulkan sebuah pertanyaan baru, bagaiman ETTP (fakta, realita dan alam khaya)l ini daplikasikan dalam pola memecah sebuah permasalahan ataupun memandang sebuah kondisi? Apa memang penawaran pola berfikir sederhan efektif dalam penggunaannya ? sebab semua pertanyaan ini muncul juga dengan tingkat kepuasan individu yang berbeda-beda.
Mari kita coba ilustrasikan !
Karna pola ini merupakan sebuah gambaran dari segitiga sama sisi, yang mana ketika salah satu sisi tidak ada maka kan muncul ketimpangan dalam menemukan jawaban yang bisa dinikmati oleh makhluk yang memiliki cara berfikir sederhana ini.
Kita awali dengan membentuk daya khayal atau ide, keinginan maupun sebuah harapan akan kinginan yang ingin diraih, semisal serang komposer ingin mencipta sebuah karya musik yang dibuat sesuai dengan konsep nantinya bisa mewakili rasa kepada para apresiator dalam bentuk garapan musikal disusun sedemikian rupa. Faktnya, dalam meramu sebuah garapan karya ada beberapa teori maupun pengetahuan yang sudah ada seperti; kebutuhan akan pemain, instrument musik, waktu garapan samapai nanti terwujud dalam pertunjukan karya yang tak jarang menjadi faktor yang membentuk daya hambat, memberikan tekanan dalam perwujudan karya musiknya. Luput dari itu semua “Realita” kadang bisa berakibat lain karna sebab akibat perlakuan individu yang berbeda baik yang dibentuk dari penglaman empiris dan spiritualnya. Teori itu adalah setelah adanya perlakuan, pengetahuan digunakan memudahakan dalam membentuk garapan bukanlah sebaliknya, rasa tanggung jawab para pemain hadir bisa jadi karna sosaial maupun daya tarik kekaryan sehingga tekanan pada fakta di anulir positif oleh realita perwujudan kenginan dari alam khayal komposer.
Dalam contoh kasus ini, perspektif masing-maisng kita bisa saja berbeda, tak hayal juga malah kita memiliki kesamaan dalam perwujudan pemecahan pertanyaan akan sebuah penyataan. Tulisan ini dirangkai mencoba memeberikan penawaran lain dalam memandang sebuah keadaan dari rasa ingin tahu, kemampuan analisa, pengalaman empiris, cara berfikir sederhana bagia mereka yang kadang punya imajinasi liar maupun aneh memandang sebuah keadaan.
Perwujudan Equilateral Triangle Thingking Patern (ETTP) dselimuti oleh sebuah lingkaran yang diberi nama “Orientasi” yang menentukan kepuasan sebuah kenyataan. Orientasi dalam menyikapi keadaan menentukan sikap akhir dari sebuah jawaban yang menentukan perlakuan digunakan dalam menyikapi hal tersebut.
Daya alam khayal setiap manusia sudah tentu berbeda berbalik atas dasar apa mereka semua menginginkan harapannya atau orintasi, fakta yang ada menjadikan cara umum titik tolak dari pemecahan keadaan, dan realita perlakuan khusus yang dilakukan maupun diterima yang sudah tentu berbeda, sebab, kita tak berhak menerima perlakuan yang sama sebab kita memberikan perlakuan yang berbeda ada berbagai hal. Dengan orientasi awal dalam memecahkan masalah melalui berfikir sederhana yang menentukan hasil akhir dan jawaban sebuah rasa ingin tahu yang mengarahkan tindakan serta perlakukan
Cogito ergo sum ýang artinya “aku berfikir maka aku ada” sebuah ungkapan dari Descartes fiisuf Prancis yang bermakna, satu-satunyahal yang ada didunia ini adalah keberadaan diri sendiri,, keberadaan ini dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berfikir sendiri.
Selamat menyelami imajinasi.
Salam Bepikir.