SERDAM
(Bagian I)
Berbicara tentang
kesenian tradisional di daerah ujung Selatan Pulau Sumatera tepatnya disebuah
Provinsi yang menjadi pintu masuk hamparan pulau memanjang di Nusantara (red : Pulau Percha ; Andalas ; nama lain lain dari
Pulau Sumatera) yaitu Provinsi Lampung dengan keanekaragaman produk budaya berwujud
kesenian tradisional seperti ; Serdam,
Sastra Lisan (dendang ; vokal), Gambus, Peting
/ Gitar Tunggal, Hadroh, Serdap, Gamolan Pekhing dan Kolintang / Talo
Balak, yang sudah hidup berkembang dari masa ke masa sebagai wujud sejarah
perkembangan kebudayaan masyarakat pemiliknya.
Dari sekian banyak
jenis kesenian tradisional di Provinsi Lampung kita akan fokus membahas dan
mendeskripsikan kesenian tiup bambu yang merupakan satu-satunya kesenian tiup
yang ada di daerah Lampung yaitu Serdam dan masyarakat asalnya sering menyebut
dengan Sekhaddam (tutur masyarakat Saibatain
Lampung Barat).
“Serdam”
(Dokumentasi : Uswatul Hakim)
Lampung Barat sebagai daerah asal kesenian tiup
Serdam memiliki iklim yang sejuk sehingga potensi bambu yang dijadikan bahan
dalam pembuatan serdam sangat tinggi disini.
Beragam jenis bambu tumbuh dan hidup di daerah ini, seperti bambu betung
yang dijadikan bahan pembuatan Gamolan
Pekhing / Cetik. Selain itu, faktor keahlian para seniaman daerah Lampung
Barat dalam membuat instrument music sebagai wujud mempertahankan kesenian
tradisinya terus dijaga sampai sekarang.
Serdam merupakan
sebuah alat musik tiup yang terbuat dari bambu berjenis bamban, yaitu bambu tipis memiliki diameter rata-rata antara 0,5 cm
– 10 cm dengan ruas yang panjang tumbuh di sekitaran perekembunan warga di
daerah Lampung Barat dan sering dipakai oleh warga sebagai alat untuk membuat
makanan lemang.
(Rumpun Bambu Bamban di daerah Lampung Barat)
Dokumentasi
: Uswatul Hakim
Alat musik serdam merupakan alat musik yang
terdiri dari dua bagian bambu, satu bagian ruas kecil sebagai tempat peniupan
dan satu bagian yang panjang sebagai tempat jari memainkan melodi pada 4 buah
lubang nada yang telah diukur sesuai kebutuhan nadanya. Terdapat tiga buah
lubang melodi di sisi depan dan satu buah pada bagian belakang.
Mengutip wawancara
dengan Mamak Lil ( Syapril Yamin) bergelar
Rajo Gamolan yang merupakan salah
satu seniman serta prkatisi kesenian tradisional Provinsi Lampung yang berasal
dari lampung Barat pernah mengungkap bahwasanya “penadaan serdam
terinspirasi dari serunai seperti tersebut diatas, serta penadaan berdasarkan
irama-irama alam seperti (sejenis kumbang), dan irama tangisan / logat bisa
masyarakat. Nada rendah serdam beirama nyenyong
nandok dikumbang, nada tinggi itu
disebut nguin, irama putus-putus itu disebut bebatuih atau rintihan.
Serdam memiliki lima nada dan sering disebut
pentatonis yang digunakan sebagai pengiring sastra lisan muayak, hahiwang dan hahadoh.
Penadaan pada alat musik tiup Serdam tidak mutlak menggunakan tangga nada pada
konsep musik barat, tapi karna kebutuhan suara serta supaya bias berkolaborasi
dengan alat musik tradisional atau alat musik modern lainnya, maka penadaan
pada Serdam dibuat mendekati konsep pada teori musik modern agar biasa mengikuti
perkembangan pada beberapa garapan musik dalam ranah seni pertunjukan rakyat
maupun seni pertunjukan dengan skala yang lebih besar.
Deskripsi singkat Serdam ini akan berlanjut dan
lebih mendalam pada tulisan bagian berikutnya. Kajian sejarah kesenian Serdam,
bentuk dan fungsi pertunjukan, Organologi instrument yang menyangkut; bentuk, pembuatan,
bahan, penadaan akan kita bahas pada bagian berikutnya.
(Kesenian tiup Serdam dalam garapan music iringan
tari Kabupaten Lampung Barat)
mantul da
BalasHapusTerimakasih...
BalasHapus