Senin, 11 Mei 2020

SERDAM : Satu-satunya kesenian tiup tradisional di Provinsi Lampung


SERDAM
(Bagian I)

Berbicara tentang kesenian tradisional di daerah ujung Selatan Pulau Sumatera tepatnya disebuah Provinsi yang menjadi pintu masuk hamparan pulau memanjang di Nusantara (red : Pulau Percha ; Andalas ; nama lain lain dari Pulau Sumatera) yaitu Provinsi Lampung dengan keanekaragaman produk budaya berwujud kesenian tradisional seperti ; Serdam, Sastra Lisan (dendang ; vokal), Gambus, Peting / Gitar Tunggal, Hadroh, Serdap, Gamolan Pekhing dan Kolintang / Talo Balak, yang sudah hidup berkembang dari masa ke masa sebagai wujud sejarah perkembangan kebudayaan masyarakat pemiliknya.
Dari sekian banyak jenis kesenian tradisional di Provinsi Lampung kita akan fokus membahas dan mendeskripsikan kesenian tiup bambu yang merupakan satu-satunya kesenian tiup yang ada di daerah Lampung yaitu Serdam dan masyarakat asalnya sering menyebut dengan Sekhaddam (tutur masyarakat Saibatain Lampung Barat).




Serdam
(Dokumentasi : Uswatul Hakim)

Lampung Barat sebagai daerah asal kesenian tiup Serdam memiliki iklim yang sejuk sehingga potensi bambu yang dijadikan bahan dalam pembuatan serdam sangat tinggi disini. Beragam jenis bambu tumbuh dan hidup di daerah ini, seperti bambu betung yang dijadikan bahan pembuatan Gamolan Pekhing / Cetik. Selain itu, faktor keahlian para seniaman daerah Lampung Barat dalam membuat instrument music sebagai wujud mempertahankan kesenian tradisinya terus dijaga sampai sekarang.
Serdam merupakan sebuah alat musik tiup yang terbuat dari bambu berjenis bamban, yaitu bambu tipis memiliki diameter rata-rata antara 0,5 cm – 10 cm dengan ruas yang panjang tumbuh di sekitaran perekembunan warga di daerah Lampung Barat dan sering dipakai oleh warga sebagai alat untuk membuat makanan lemang.



(Rumpun Bambu Bamban di daerah Lampung Barat)
Dokumentasi : Uswatul Hakim

Alat musik serdam merupakan alat musik yang terdiri dari dua bagian bambu, satu bagian ruas kecil sebagai tempat peniupan dan satu bagian yang panjang sebagai tempat jari memainkan melodi pada 4 buah lubang nada yang telah diukur sesuai kebutuhan nadanya. Terdapat tiga buah lubang melodi di sisi depan dan satu buah pada bagian belakang.
Mengutip wawancara dengan Mamak Lil ( Syapril Yamin) bergelar Rajo Gamolan yang merupakan salah satu seniman serta prkatisi kesenian tradisional Provinsi Lampung yang berasal dari lampung Barat pernah mengungkap bahwasanya “penadaan serdam terinspirasi dari serunai seperti tersebut diatas, serta penadaan berdasarkan irama-irama alam seperti (sejenis kumbang), dan irama tangisan / logat bisa masyarakat. Nada rendah serdam beirama nyenyong nandok dikumbang,  nada tinggi itu disebut nguin,  irama putus-putus itu disebut bebatuih atau rintihan.
Serdam memiliki lima nada dan sering disebut pentatonis yang digunakan sebagai pengiring sastra lisan muayak, hahiwang dan hahadoh. Penadaan pada alat musik tiup Serdam tidak mutlak menggunakan tangga nada pada konsep musik barat, tapi karna kebutuhan suara serta supaya bias berkolaborasi dengan alat musik tradisional atau alat musik modern lainnya, maka penadaan pada Serdam dibuat mendekati konsep pada teori musik modern agar biasa mengikuti perkembangan pada beberapa garapan musik dalam ranah seni pertunjukan rakyat maupun seni pertunjukan dengan skala yang lebih besar.
Deskripsi singkat Serdam ini akan berlanjut dan lebih mendalam pada tulisan bagian berikutnya. Kajian sejarah kesenian Serdam, bentuk dan fungsi pertunjukan, Organologi  instrument yang menyangkut; bentuk, pembuatan, bahan, penadaan akan kita bahas pada bagian berikutnya.


(Kesenian tiup Serdam dalam garapan music iringan tari Kabupaten Lampung Barat)

                                                    






2 komentar:

PERLUASAN INTEGRITAS ARTISTIK

  PERLUASAN INTEGRITAS ARTISTIK “ Oalah, Karsa Koherensi Rasa”   Uswatul Hakim (2022) Diskusi Langgang Kuau Sudut pandang berbeda me...